ARTIKEL
WATER BIRTH
DOSEN : UMI MA’RIFAH SST. M.,KES
NAMA : IFADHATUL MUNAWARAH RIZKI
NIM : 20130661057
PRODI : D3
KEBIDANAN ( III B)
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
SURABAYA
TAHUN
2014-2015
Rasa sakit saat melahirkan
merupakan kodrat wanita. Tapi jangan khawatir, rasa sakit itu kini sudah dapat
“diakali”.
Para calon ibu kini dapat memilih
proses melahirkan di dalam air (water birth) yang dapat mengurangi, bahkan
menurut sebagian ibu- menghilangkan rasa sakit! Anak yang dilahirkan sehat, si
ibu juga segar.
Di luar negeri seperti
Rusia dan Australia, metode melahirkan di air cukup lama dipraktikkan, sementara
di Indonesia baru dikenal sekitar setahun terakhir. Kendati metode melahirkan
di air ini belum begitu populer di Indonesia, namun sejumlah tempat di Jakarta
seperti Sam Marie Hospital dan sebuah klinik bersalin di Desa Ubud, Bali sudah
melaksanakan proses melahirkan di air ini.
Liz Adianti (33 tahun)
adalah ibu Indonesia yang pertama kali melakukannya, tepatnya pada Oktober
2006. Wanita yang bekerja sebagai karyawati sebuah operator seluler ini mengaku
ketertarikannya dengan metode melahirkan ini. Diawali dari kekhawatirannya akan
rasa sakit saat melahirkan normal, ia lantas mencari informasi hal apa yang
dapat mengurangi rasa sakit tersebut.
“Sebenarnya saya sudah ingin melakukannya sejak
kehamilan anak pertama, peralatannya pun sudah dibeli dan disiapkan bersama
suami, tapi karena di Indonesia belum populer kami pun sulit mendapat perizinan
medis dari rumah sakit. Akhirnya, saya baru bisa mewujudkannya saat kelahiran
anak kedua,” ungkap Liz.
Dia menambahkan,
berkurangnya rasa sakit kemungkinan disebabkan ibu berendam dalam air hangat
yang membuat rileks dan nyaman, sehingga rasa sakit dan stres pun berkurang.
Hal itu dibenarkan dr T Otamar Samsudin SpOG (Spesialis Obstetri dan
Ginekologi). Menurut dia, mengurangi rasa sakit adalah tujuan utamanya,
sedangkan secara teknis melahirkan dalam air pada dasarnya sama seperti
melahirkan normal.
Proses
Melahirkan
Proses dan melahirkan dia air sama saja dengan melahirkan normal, hanya
tempatnya yang berbeda. Dilakukan di dalam sebuah kolam cukup besar (berukuran
2 meter) yang terbuat dari plastik dengan benjolan-benjolan pada alasnya agar
posisi ibu tidak merosot.
“Posisi saat akan melahirkan bisa sambil duduk,
sambil nungging, atau terserah bagaimana nyamannya si ibu,” ujarnya.
Selain kolam plastik, fasilitas
pendukung lainnya adalah pompa pengatur agar air tetap bersirkulasi, water
heater untuk menjaga air tetap hangat, serta termometer untuk mengukur suhu.
Kolam yang sudah disterilisasi kemudian diisi air yang suhunya disesuaikan
dengan suhu tubuh, yaitu sekitar 36-37°C.
“Ini bertujuan agar bayi tidak merasakan
perbedaan suhu yang ekstrem antara di dalam perut dengan di luar, dan agar bayi
tidak mengalami hipotermia,” ungkap Otamar.
Selanjutnya ibu mengejan seperti biasa.
Mengingat tempatnya di air, bayi yang baru keluar otomatis terendam dulu selama
beberapa saat di dalam air (sekitar 5-10 detik). Ini tidak masalah karena suhu
air hampir sama dengan suhu cairan ketuban tempat si bayi “berenang” sebelum
dilahirkan.
“Itu sebabnya ketika baru keluar, si bayi tidak
menangis, mungkin dia merasa seolah seperti belum lahir karena kondisinya sama
antara di dalam dan di luar,” tutur Otamar.
Risiko
dan Prasyarat
Mengenai risiko, dokter yang juga berpraktik di beberapa rumah sakit ibukota
ini mengatakan, melahirkan di air tetap ada batasan dan pertimbangan medis yang
tidak diperkenankan. “Seperti panggul si ibu kecil, bayi lahir sungsang atau
melintang dan ibu yang sedang dalam perawatan medis, penyakit herpes dan
lain-lain,” sebut Otamar.
Ibu yang mengidap penyakit
herpes disarankan untuk tidak melahirkan dengan metode ini, karena kuman herpes
tidak mati di dalam air sehingga dapat menular kepada bayi melalui mata,
selaput lendir dan tenggorokan bayi.
Syarat lainnya, proses
melahirkan di dalam air tidak bisa dilakukan sembarangan, kendati terlihat
mudah. Pengawasan dari pihak medis tetap diperlukan untuk menjaga terjadinya
hal-hal yang tidak diinginkan.
Aspek higienitas juga
memegang peranan penting karena bayi yang baru lahir rentan infeksi. Kolam
plastik yang digunakan harus dipastikan benar-benar bersih dan steril. Selain
itu, penggunaan air hangat juga bisa membunuh virus dan bakteri. Lantas
bagaimana dengan kemungkinan air terminum oleh bayi? Dokter T Otamar Samsudin
SpOG mengatakan, hal itu sebetulnya tidak masalah asalkan air dipastikan
steril.
“Jika air terminum oleh si bayi, sebetulnya
tidak masalah dan kita semua toh sudah biasa minum air. Bayi juga tidak akan
terinfeksi karena airnya encer dan steril (air hangat). Yang berbahaya adalah
kalau si bayi minum air ketuban karena bisa tersangkut di paru-parunya,”
pungkasnya. (berbagai sumber)
Sedangkan manfaat metode persalinan di dalam air
antara lain:
Ø Rendaman air
hangat akan menurunkan tekanan darah tinggi.
Ø Air hangat
membuat daerah perineum (area antara vulva dan anus) menjadi lebih elastis dan
relaks. Di dalam air, ibu hamil akan merasa
relaks baik secara mental dan fisik. Hal ini memungkinkan baginya untuk
berkonsentrasi pada prosedur kelahiran.
Ø Dengan
kondisi mengapung, ibu akan mengalami sirkulasi darah yang lebih baik dan
kontraksi uterus yang lebih efisien. Akibatnya, ibu akan mengalami sedikit rasa
sakit dan bayi mendapatkan lebih banyak oksigen.
Ø Berita tidak
baik satu-satunya adalah metode persalinan dalam air tidak bisa diterapkan
untuk semua ibu hamil. Meskipun tidak ada resiko dalam metode melahirkan dalam
air, namun ada kondisi di mana metode persalinan di dalam air ini tidak boleh
dilakukan antara lain:
Ø Bayi berada
dalam posisi sungsang.
Ø Kelahiran
ganda atau kelahiran kembar. Biasanya dokter menyarankan untuk melahirkan
secara caesar untuk kehamilan kembar.
Ø Kelahiran
prematur maka persalinan di dalam air tidak direkomendasikan.
Ø Ibu
terdiagnosis mengalami infeksi.
Ø Terdiagnosis
mengalami pendarahan hebat, maka dokter tidak menyarankan prosedur persalinan
dalam air.
Ø Ibu memiliki
toxemia atau pre-eklamsia yaitu keracunan kehamilan berupa naiknya tekanan
darah dan kadar protein dalam urin yang berlebihan.
Ø Ibu yang
mengidap epilepsi maupun kelebihan berat badan.
Ø Jika
mekonium (kotoran pertama bayi baru lahir) ditemukan mengambang dalam bak
sehingga air menjadi kotor dan kelahiran akan terjadi maka ibu dapat mengangkat
pinggulnya keluar dari air untuk melahirkan bayinya.
Tips Melahirkan di Air
1. Pertama-tama yang penting kemauan dan keyakinan untuk melahirkan di air.
2. Mengikuti senam hamil saat kehamilan, untuk pernapasan dan kelenturan lubang
vagina sehingga memudahkan kelahiran si bayi.
3. Untuk media kolamnya Anda tidak perlu khawatir, karena biasanya rumah sakit
yang melayani melahirkan di air menyediakan fasilitas untuk itu. Dan untuk
menjaga kesterilan, setiap ibu mendapat 1 kolam.
4. Menyiapkan data lengkap, seperti cek laboratorium.
Kesimpulan, metode persalinan tanpa rasa sakit dalam
air (water birth) adalah metode persalinan yang efektif tetapi penting untuk
meminta nasehat dokter apakah metode persalinan dalam air tersebut cocok atau
tidak. Metode persalinan dalam air mengacu pada melahirkan di air hangat dan
selama persalinan dalam air, bayi akan lebih banyak mendapatkan oksigen
dibanding metode persalinan lainnya. Metode persalinan dalam air ini dapat
dilakukan di rumah. Jika memilih melakukannya di rumah, maka ibu hamil bisa
membeli kolam persalinan ataupun menyewanya.
DAFTAR
PUSTAKA